BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS »

Jumat, 27 November 2009

Loverssssssssss


Akar Kehidupan

Sebuah renungan bagi pribadi yang hampa

Pernahkah terpikir oleh kita betapa banyaknya anugerah yang telah Tuhan berikan untuk kehidupan kita. Pernahkah kita mengingat, begitu banyak kesempatan dan pilihan yang Tuhan berikan kepada kita untuk bisa menjalani hidup lebih baik dari yang pernah kita dapat sebelumnya.. terpikirkan kah oleh kita?. Rasanya tidak bukan...? mungkin sebagian manusia pernah... tapi banyak dari kita hanya bisa mengeluh, mencaci, dan bahkan mengingkari kehidupan yang telah di Suratkan oleh Tuhan.

Hidup itu adalah pilihan. Memang Tuhan telah menciptakan garis takdir kehidupan kita. Tapi itu buaknlah suatu akhir, kitalah yang berperan besar menciptkan takdir Kita Sendiri. Manusia berjalan di muka bumi dengan berbagai Pilihan yang Tuhan ciptakan. Jalan apa yang akan Diambil manusia semuanya tergantung bagaimana kita mengambil keputusan untuk mengambil pilihan yang ada.

Seorang maling tidaklah diTakdirkan menjadi maling, jalan yang telah dia putuskan lah yang membuat dia menjadi seorang maling. Manusia dilahirkan seperti kertas putih yang kosong, bersih tanpa coretan atau tulisan atau apapun yang membuatnya kotor. Kertas kosong itu kan menjadi tempat untuk menuliskan pilihan kita. Akankah menjadi suatu tulisan yang bagus. Atau hanya berakhir di tempat sampah yang kotor. Semua kembali pada diri kita... apa yang harus kita pilih, apa yang harus kita tulis supaya kertas tersebut tidak berakhir di tempat sampah dan menjadi busuk.

Salah jalan. Salah memilih. Apakah Tuhan menciptakan manusia dengan Takdir untuk salah jalan atau salah pilih...?. kalau begitu untuk apa manusia hidup. Untuk menjalani kehidupan yang sudah ada akhirnya. Apakah memang seperti itu. Ketika kita didalam kandungan, lalu kita dilahirkan, kemudian kita tumbuh menjadi manusia dan akhirnya kembali ke liang lahat, semua Prosesnya sudah di tetapkan Tuhan. Jika begitu Berarti Tuhan adalah Sutradara yang tengah memimpin suatu Produksi Film, dengan naskah yang telah ada akhirnya, sedang kita hanya sebagai actor yang menjalani adegan adegan, babak-babak dari naskah yang dipegang Tuhan sebagai Seorang Sutradara tanpa boleh beimprovisasi. Apakah itu esensi takdir bagi manusia...? nah mungkin jika memang begitu keadaanya, kita tak lagi punya pilihan. Kita tak lagi memiliki kesempatan untuk menjalani kehidupan seperti keinginan kita dan berimprovisasi dalam kehidupan kita. Apakah begitu...? coba kita buka mata. Pikiran, hati kita dan berusaha memahami Esensi kehidupan yang telah Tuhan hembuskan dalam raga kita ini. kita lihat lagi apakah memang kehidupan di Dunia ini seperti itu. Semua tergantung kita. Tapi lihat dengan hati, pahami dengan nurani, dan semua akan terlihat. Melihat hidup dengan hati bersih tanpa rasa tidak percaya Akan Keagungan Tuhan akan membuat diri kita dapat melihat jalan jalan dan, pilihan pilihan yang Tuhan berikan supaya kita mendapatkan yang terbaik di Dunia ini. tak usah lah kita menyangsikan keagungan tuhan, Ke Maha Adilan NYA, dan Kebaikan Nya. Tuhan pasti memberikan yang terbaik untuk Kita bukan. Atau pernahkah kita ingat apa yang telah kita berikan untuk Tuhan...? Tuhan saja Memberikan Waktunya untuk menjaga kita dua puluh empat jam sehari. Tujuh hari seminggu, empat minggu sebulan, dua belas bulan setahun. Bayangkan....Tuhan tak Pernah tidur. Tak makan dan lain lain hanya untuk menjaga dan memelihara kita, dan seluruh mahkluk ciptaanya. Sedang kita. Kapan kita selau ingat Tuhan. Kapan Tuhan selalu ada dalam hati kita selama itu. Tuhan mungkin bosan mendengar rengekan kita pada saat kita dalam derita. Hanya saat itu, kebanyakan dari kita ingat Tuhan. Saat kita mendapat anugrah kebahagiaan. Apakah Tuhan yang pertama kali kita Ingat?. Tuhan tak butuh Kita. Kita Yang Benar-Benar Butuh Sentuhan tangan Tuhan.ingat itu Tuhan yang menciptakan kita. Jika tuhan ber-kehendak saat ini juga kita bisa diambilnya. Tapi itu bukan Tuhan. Tuhan Tidak pernah mengenakan selendangnya. Malah manusia yang terlalu berani memakai selendang kesombongan dalam hidupnya.

Hidup ini terlau indah untuk di sia siakan begitu saja...tak mudah bagi kita untuk mengerti Akar kehidupan. Tapi semua itu proses. Dan perjalanan kita di dunia ini belum berakhir. Atau mungkin baru dimulai.

Pernahkah terpikirkan oleh kita...?

Sang Dara Pencinta...

Sang Dara Pencinta, kemana engkau menuntunku?. Kemana aku aku harus mengikutimu, melewati lorong-lorong berbatu, berliku diantara batuan karang?. Itulah satu jalan berselimutkan duri-duri, dan kita berjalan mendaki menuju puncak-puncak pegunungan dan menuruni ngarai tanpa teman.

Aku melekat dalam lambaian kerudungmu dan mengikutimu dari belakang bagai anak kecil yang bergelayutan pada ibunya, melupakan impian-impianku sendiri dan memandang keindahan yang ada padamu. Aku membutakan diriku sendiri terhadap arak-arakkan hantu yang berputar-putar di atas kepalaku, terpesona dengan kekuatan tersembunyi yang ada di ragamu.

Tetaplah di dekatku barang sejenak, dan aku akan memandangi wajahmu. Pandanglah aku sebentar sehingga aku dapat melihat misteri-misteri hatimu, dan dari wajahmu aku mungkin dapat memahami segala yang tersembunyi di dalam jiwamu.

Roh, tunggulah sebentar, sebab aku letih mendaki jalan ini dan jiwaku gemetar terhadap teror perjalanan ini. tunggulah, sebab kita telah mencapai persimpangan jalan, tempat kematian memeluk kehidupan. Aku takkan melangkah lagi, sampai engkau dengan terus terang mengatakan kepada jiwaku tentang kemauan jiwamu, sampai engkau mengungkapkan kepada hatiku cerita kebohongan apa yang terpendam di hatimu.

* * *

Dengarlah Aku, Roh pencinta...

Kemarin aku begitu bebas berteriak-teriak diantara anak-anak sungai dan berenang di langit. Pada malam hari, aku akan duduk di cabang-cabang pohon yang paling tinggi, memandang puri-puri dan istana-istana kota yang berwarna-warni, kota yang di bangun oleh matahari di siang hari dan di hancurkan sebelum malam menjelang.

Tidak, kemarin aku seperti sepenggal pemikiran yang berkelana sendirian melewati dunia Timur dan Barat, bersuka cita dengan hal-hal yang baik dan kebahagian hidup, menyelidiki lebih dalam tentang rahasia-rahasia dan misteri-misteri tersembunyi dari manusia.

Kemarin, aku seperti mimpi yang berjuang di bawah gelap amuk malam yang pekat, melalui celah jendela, aku memasuki bilik-bilik sang perawan yang tertidur, bermain-main dengan emosi mereka. Kemudian aku berdiri di dekat pusar anak-anak muda dan membangkitkan hasrat gairah mereka. Aku ingin duduk dekat kursi para orang tua dan menemukan pikiran-pikiran mereka yang tersembunyi.

Hari ini, para dara pencinta, aku menemuimu dan aku tenggelam oleh ciuman-ciuman tanganmu. Aku bangkit berdiri seperti tahanan yang menyeret rantai-rantainya ke arah yang tidak kuketahui. Aku seperti sedang mabuk, mencari lebih banyak anggur yang telah merenggut kemauanku dan mencium telapak tangan yang telah menamparku

Tetapi berhentilah sebentar, dara-dara pencinta, sudahkah aku mengambil kembali pancainderaku dan mematahkan belenggu-belenggu yang meletihkan kakiku? Sudahkah aku menghancurkan cawan yang berisi racun yang kuminum, yang kurasakan sangat manis?. Apa yang kau kehendaki dariku?. Jalan apa yang harus aku lalui?.

Aku menuntut kebebasanku kembali. Apakah engkau bahagia dengan seorang pendamping yang bebas? “Dapatkah engkau menatap wajah matahari dengan mata terbuka atau memegang bara api dengan tanganmu yang kokoh?”

Aku telah membuka sayapku untuk kedua kalinya. Maukah engkau menjadi pendamping seorang lelaki yang melayang bagai seekor burung rajawali diantara pegunungan, atau seperti seekor singa yang melewati malam-malam yang berbaring dalam kebuasannya?.

Apakah engkau akan bahagia terhadap cinta seorang lelaki yang telah memandang cinta sebagai seorang sahabat, namun tidak membiarkannya menjadi majikannya?.

Akankah gairah hatimu melayani, hati yang terpesona namun tidak mau menyerah, yang membakar namun tidak meleleh?.

Akankah kau temukan kedamaian dengan kasih jiwa yang bergetar di hadapan badai namun tidak hancur, yang bergoncang karena prahara namun tidak runtuh?.

Apakah engkau akan bahagia denganku sebagai pendamping, seorang pendamping yang berusaha untuk tidak menjadi majikan ataupun budak belian?

Kalau demikian, inilah tanganku. Peganglah dengan tanganmu yang suci. Inilah tubuhku, peluklah dengan tanganmu yang lembut, inilah bibirku, ciumlah dengan ciuman yang panjang, dan dalam dekapan kesunyian.

Bye DEDIN .S.H



Tlp . 087 878 807 500

Em@il dedin2009@yahoo.co.id

Alamat JL.Raya Cihurip No 100


0 comments: